Gunung Keputusan

Kita dapat menjadi puas dengan semak yang terbakar (Keluaran 3:2) dan bersukacita atas perjumpaan kita yang pertama dengan Tuhan yang adikodrati. Kita dapat menjadi puas dengan loh-loh penyataan yang diukir oleh tangan dan hikmat Tuhan dan segala sesuatu yang lainnya yang Tuhan kerjakan.

Tetapi sekarang kita telah tiba di gunung keputusan, kita sedang berada di “persimpangan jalan”. Tuhan telah menarik kita keluar dari dosa dan dari dunia.
Dia telah menyatukan kita menjadi suatu umat. Itulah sebenarnya perjalanan di padang gurun, Tuhan menciptakan suatu umat dari “orang-orang yang tidak berarti”. :
1 Petrus 2:10 mengatakan: “kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan”. Tuhan mengangkat budak dan hamba kasar yang tidak memiliki pendidikan dan harga diri dan menanamkan karakter-Nya sendiri kedalam diri mereka dan menempelkan nama-Nya atas mereka .

Dia membawa mereka keluar dari Mesir dan berkata, “sekarang Aku akan membuat engkau sekalian menjadi umat-Ku.” Dia secara literal menciptakan pengantin wanita bagi-Nya. Tuhan memimipin keturunan Abraham ke kaki gunung Sinai, dan itu tidaklah mudah.Ketika orang banyak membutuhkan makanan, Tuhan ingin agar mereka mencari Dia untuk mendapatkan roti bagi mereka, namun sebaliknya mereka justru mencaci maki Musa dan berkata adalah lebih baik untuk kembali ke Mesir.

Namun demikian, Musa berdoa dan Tuhan menyediakan “burung puyuh dan manna” Hal yang sama terjadi ketika mereka kehabisan air, mereka segera memojokkan Musa untuk mengungkapkan keluhan dan berbicara “betapa baiknya hari-hari yang silam” yang mereka lalui di Mesir. Tuhan memiliki sesuatu yang lebih baik bagi bangsa Israel.

Kebenaran yang menyedihkan dalam Kitab keluaran adalah bahwa kelompok umat Tuhan yang beragam yang dipimpin kegunung Sinai adalah bukan kelompok orang yang Dia pimpin melintasi sungai Yordan menuju tanah perjanjian. Tuhan memanggil mereka dan membuat mereka menjadi suatu bangsa yang pertama kali dalam sejarah mereka, Dia memanggil mereka ke suatu tempat. Suatu tempat berkat dan perubahan mereka, dimana sebenarnya mereka tidak mau pergi.
Berkat-berkat mereka tidak terdiri dari tempat-tempat yang berbatu tetapi Tuhan memanggil mereka kesuatu tempat perjanjian di dalam Dia, suatu tempat keintiman dengan pencipta mereka, yang pada saat itu tidak ditawarkan kepada orang lain di planet ini. Itu merupakan suatu rahasia dari tempat rahasia.

Meskipun generasi yang pertama bangsa Israel yang berkumpul seputar gunung pada akhirnya percaya kepada para pengintai yang pengecut dan mundur dari tanah perjanjian karena takut, namun penyebab yang sesungguhnya dari kegagalan mereka terjadi pada saat mereka berada di kaki gunung Sinai. Tuhan bermaksud agar semua bangsa Israel datang mendekat kepada-Nya di gunung itu, tetapi mereka merasa tidak nyaman.

Keluaran 20:18 mengatakan: “Seluruh bangsa itu menyaksikan guruh mengguntur, kilat sabung-menyabung, sangkakala berbunyi dan gunung berasap. Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. Mereka berkata kepada Musa: “Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati.” Tetapi Musa berkata kepada bangsa itu: “Janganlah takut, sebab Allah telah datang dengan maksud untuk mencoba kamu dan dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.” Adapun bangsa itu berdiri jauh-jauh, tetapi Musa pergi mendekati embun yang kelam di mana Allah ada.”

Mereka mendengar kilat dan guntur, dan mereka mundur karena takut, mereka melarikan diri dari hadirat-Nya dan bukan maju seperti yang dilakukan oleh Musa. Jadi hasil akhir dari pelarian diri mereka dari hubungan intim yang kudus dengan Allah adalah bahwa mereka mati sebelum mereka atau anak-anak mereka masuk kedalam tanah perjanjian.

Ini bukan rencana Tuhan bagi generasi pertama dari bangsa Israel untuk mati di padang gurun, Dia ingin membawa mereka yang telah dibawa-Nya keluar dari tanah perbudakan ketanah perjanjian. Dia ingin memberikan kepada mereka tanah dan warisan milik mereka sendiri. Kehancuran mereka datang ketika mereka melihat keseberang Yordan ke tanah perjanjian dan mulai mundur, mereka mundur dari hadirat Tuhan dalam awan di gunung Sinai. Di sanalah mereka lari dari Tuhan dan menuntut Musa berdiri di antara mereka, gereja telah menderita persoalan yang sama sejak waktu itu.
Kita lebih suka jika ada seseorang berdiri di antara kita dan Allah, kita memiliki suatu, sesuatu yang diilhamkan dari Neraka, yaitu ketakutan manusiawi terhadap hubungan intim yang kudus dengan Tuhan.
Akar dari ketakutan ini kembali jauh kebelakang ke Taman Eden. Adam dan Hawa menyembunyikan diri dalam ketakutan yang memalukan sementara Tuhan merindukan suatu persekutuan yang manis.


Tidak ada komentar: