Dimanakah Allah?

Allah itu nyata, mudah untuk menyembah Allah pada saat segala sesuatu berjalan baik dalam kehidupan kita yakni pada saat Dia menyediakan makanan, teman, keluarga, kesehatan, dan situasi-situasi yang bahagia. Lalu bagaimana kita menyembah Allah waktu keadaan tidak menyenangkan? Apa yang akan kita lakukan ketika Allah terasa sangat jauh dari kita?

Tingkat penyembahan yang terdalam adalah memuji Allah meski menderita, mengucap syukur kepada-Nya pada saat pencobaan, berharap pada-Nya ketika dicobai, berserah diri sementara menderita, dan mengasihi Dia ketika Dia terasa jauh.Untuk mendewasakan kita, Allah akan mengujinya dengan masa-masa sulit yang rasanya seperti Allah meninggalkan kita atau melupakan kita.
Sesungguhnya Allah tidak benar-benar meninggalkan kita, Ibrani 13:5 mengatakan: “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”
Tetapi ada saat-saat ketika Dia sepertinya menghilang dari kehidupan kita dimana ketika kita bangun pagi kita merasakan perasaan rohani kita seperti lenyap dan terasa hambar, kita berdoa tetapi tidak ada jawaban doa, kita mengusir roh jahat tetapi hal tersebut tidak mengubah apapun, kita melakukan latihan-latihan rohani, kita meminta teman-teman berdoa bagi kita, kita mengakui setiap dosa, kita berpuasa…tetap tidak ada apa-apa.

Kita mulai bertanya-tanya dalam hati, berapa lama kesuraman rohani ini akan berlangsung? berhari-hari? berminggu-minggu? berbulan-bulan? akankah ini berakhir? Rasanya seolah-olah doa kita hanya membentur langit-langit. Dalam keadaan putus asa kita akan bertanya, ada apa denganku?
Inilah bagian normal dari pengujian dan pendewasaan kita dengan Allah, setiap orang Kristen pasti akan mengalaminya dan hal itu akan terasa sangat menyakitkan dan tidak enak rasanya, tetapi hal itu sangat penting bagi perkembangan iman kita.
Ayub tetap memiliki harapan ketika dia tidak bisa merasakan kehadiran Allah dalam kehidupannya. Dia berkata: “Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. (Ayub 23:8-10).

Ketika Allah terasa jauh, kita mungkin berpikir bahwa Dia sedang marah atau sedang menghukum kita karena suatu dosa. Sesungguhnya, dosa memang memisahkan kita dari persekutuan kita dengan Allah, kita mendukakan Roh Allah dan memadamkan persekutuan kita dengan Dia melalui ketidaktaatan, konflik dengan orang lain, atau kesibukan kita hingga melupakan Tuhan, juga bisa karena persahabatan kita dengan dunia, dan dosa-dosa yang lainnya.
Setiap ujian yang datang menuntut kita untuk mengasihi, mempercayai, menaati dan menyembah Allah, bahkan ketika kita tidak merasakan kehadiran-Nya.

Allah menginginkan agar kita merasakan kehadiran-Nya, tetapi Dia lebih suka kita mempercayai-Nya ketimbang kita merasakan-Nya. Iman bukan perasaan menyenangkan Allah. Situasi yang bisa memperbesar iman kita adalah saat-saat ketika kehidupan berantakan dan Allah tidak bisa ditemukan dimana-mana. Ini terjadi pada Ayub dalam satu hari dia kehilangan segalanya, keluarganya, usahanya, kesehatannya, dan segala Sesuatu yang dia miliki.

Bagaimana kita dapat memuji Allah bila kita tidak memahami apa yang terjadi dalam kehidupan kita dan Allah, bagaimana kita dapat tetap berhubungan dengan Allah dalam krisis tanpa komunikasi? Bagaimana kita bisa tetap memandang Yesus bila mata kita penuh dengan airmata? Kita dapat melakukan apa yang Ayub lakukan: “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1:20-21).
Ketika kita merasa ditinggalkan oleh Allah tetapi kita tetap mempercayai-Nya, kita sedang menyembah Dia dengan cara yang terdalam.


Tidak ada komentar: