Kekerasan Vs Kasih

Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:2-12).

Berbahagialah… berbahagialah… berbahagialah dan bersukacitalah… Bagaimana kita harus menjalankan apa yang di khotbahkan di atas Bukit dan sekaligus mendukung penggunaan kekuatan militer?
Kekerasan, pemerkosaan, penindasan, penjarahan yang kita telah rasakan hampir-hampir membuat pohon kepahitan kita ikut tumbuh subur bersama dengan waktu, sehingga kesenjangan antara orang yang percaya dan tidak percaya semakin dalam.
Itu suatu pertanyaan yang masuk akal, sebagai contoh juga perselisihan batas antara Negara kita dengan negara tetangga yang mau tidak mau membuat kita sebagai orang Kristen yang terlibat langsung sebagai alat pertahanan Negara ataupun hanya sebagai warga Negara biasa yang mencintai akan Negara ini sudah pasti mempunyai keinginan yang besar untuk setidaknya dapat membela atau mempertahankan Negara ini.

Tetapi Yesus mengajar kita harus mengasihi musuh-musuh kita, membalas kejahatan dengan kebaikan. Apakah ini realistis dalam dunia di mana kejahatan sangat sering menang? Ketika Yesus menyatakan tentang Kerajaan Allah, Ia memberikan standar radikal yang harus dijalankan warga-wargaNya yaitu berbahagialah dan bersukacitalah dalam keadaan apapun, dan standar ini hampir tidak masuk akal.
Ia tahu cara hidup seperti itu sulit dan rumit, tapi itu akan memberikan kesaksian nilai-nilai Kerajaan Allah bahkan di tengah kejahatan dunia ini. Kristus tidak mengatakan orang-orang Kristen yang taat akan bisa mengantarkan kerajaan Allah ke bumi, hanya Kristus sendiri yang akan melakukan itu ketika Ia kembali. Tapi untuk periode di antara kedua tahapan ini - pengumuman tentang Kerajaan Allah dan penyempurnaan finalnya - Allah memberikan struktur untuk menghambat kejahatan di dunia ini.

Negara bahkan di ijinkan untuk mengangkat pedang bila perlu, dan orang Kristen diperintahkan untuk taat pada Negara dan menghormati pihak berwenang sebagai alat-alat Allah, di dalam Kitab Roma 13:1-7, mengatakan:
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat.

Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat”.

Jadi ada dua perintah penting yang harus kita perhatikan yaitu; hidup sesuai ajaran Kristus dalam Kotbah di Bukit, yaitu memberi contoh nilai-nilai dalam Kerajaan Allah yang belum tiba dalam kepenuhannya dan pada saat yang sama mendukung peran pemerintah untuk mempertahankan ketertiban sebagai saksi otoritas Allah atas kerajaan-kerajaan dunia saat ini.
Jadi walaupun orang Kristen tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan - sebagai gantinya ia harus memaafkan, dan untuk memutuskan lingkaran kejahatan - ia boleh berpartisipasi dalam struktur yang diijinkan Allah untuk menghambat kejahatan dan kekacauan di dunia ini dengan menggunakan kekuatan pemerintah.
Seberapa banyak dari kita yang sudah mengambil bagian dalam hal ini? Ataukah kita tak pernah peduli akan hal ini? Selama kita masih merasa aman di tempat kita, mungkin kita tidak pernah akan berpikir untuk memutuskan lingkaran kejahatan itu, sampai kejahatan itu datang menimpa kita.

Tidak ada komentar: