Lingkaran Dalam

Kehidupan yang begitu keras selalu datang dalam hidup setiap orang, entah itu tua, muda, besar, kecil, anak atau dewasa semuanya tidak akan terlewatkan dan kadang memporak-porandakan bangunan kehidupan seseorang, keluarga atau masyarakat, apalagi ketika pondasi kehidupan kita ini hanya dibangun diatas setumpuk pasir maka pohon kehidupan kita akan segera hancur.

Raja Nebukadnezar melihat suatu kesempatan untuk membangun suatu lingkaran dalam yang lebih kuat lagi dalam peristiwa-peristiwa jajahan kehidupan yang keras dijamannya. Dalam Daniel 1:1-5 di ceritakan: “Pada tahun yang ketiga pemerintahan Yoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukadnezar, raja Babel, ke Yerusalem, lalu mengepung kota itu. Tuhan menyerahkan Yoyakim, raja Yehuda, dan sebagian dari perkakas-perkakas di rumah Allah ke dalam tangannya. Semuanya itu dibawanya ke tanah Sinear, ke dalam rumah dewanya; perkakas-perkakas itu dibawanya ke dalam perbendaharaan dewanya.

Lalu raja bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.
Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun, dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja.”

Raja Nebukadnezar memperkuat negaranya dengan mempekerjakan orang-orang tawanannya yang berasal dari keturunan raja, kaum bangsawan, generasi muda yang mempunyai kecakapan dan pengertian yang luas tentang ilmu pengetahuan. Dan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya adalah termasuk didalamnya. Raja Nebukadnesar adalah raja yang tidak takut akan Tuhan tapi dia tahu memanfaatkan apa yang ada disekelilingnya untuk memperbaiki lingkaran dalam negaranya yaitu dengan menempatkan mereka yang layak untuk membantu dalam mengurus pemerintahannya.

Kolusi dan nepotisme tidak berlaku dalam pemerintahannya dan dia mengerti akan kemampuan setiap generasi muda yang cakap, untuk bisa di pekerjakannya. Kadang kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan justru tidak tahu bagaimana memperkuat lingkaran dalam kehidupan keluarga, masyarakat, gereja bahkan bangsa negara kita. Bahkan kita cenderung untuk merusak dengan menempatkan orang-orang yang tidak cakap didalamnya dan tidak mempercayai generasi muda yang cakap untuk terlibat di dalamnya sehingga kolusi dan nepotisme merajalela di dalam setiap kehidupan kita.

Di dalam negara kita paling senang untuk mempertahankan status quo, keadaan statik yang sengaja dibuat untuk mencegah timbulnya ketidakstabilan (yang di buat-buat) demi mempertahankan kepentingan-kepentingan tertentu untuk tetap terjaga dan secara umum mereka mempertahankan keuntungan atau hak istimewa mereka supaya tidak lepas, tak peduli apakah hal itu akan merugikan orang lain atau masyarakat hal itu bagi mereka adalah sesuatu yang halal. Dan lebih mengerikan lagi apabila status quo itu berlaku di dalam gereja atau pelayanan kita.
Dimana ada sebagian orang yang mencari keuntungan pribadi di dalam gereja atau pelayanan, dan biasanya mereka tidak akan mau lagi untuk mundur atau disingkirkan dari tempat mereka walaupun jelas-jelas sudah melanggar aturan gereja dan tidak sesuai dengan kebenaran Tuhan, karena itu sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan berjalan dalam kebenaran, kita harus lebih kritis lagi memperhatikan hal tersebut.

Untuk memperbaiki lingkaran dalam suatu masyarakat, gereja dan negara, kita harus memulainya lebih dahulu dari komunitas yang paling kecil yaitu keluarga kita, di dalam keluarga kita harus ada pembinaan mental, rohani dan pengetahuan. Perubahan cara pikir kita berdasarkan kebenaran Firman Tuhan itu harus dimulai dari orang tua atau diri kita sendiri sebelum meluas ke komunitas yang lebih besar lagi, dan ketika kita menjadi seorang yang cakap dalam ilmu pengetahuan juga takut akan Tuhan maka kita akan menjadi orang-orang yang dipakai dalam perubahan yang positif di dalam masyarakat, gereja dan negara.

Pelayanan Yesus Kristus di dunia ini kurang lebih 3 tahun tidak cukup untuk murid-muridNya. Ketika penyaliban itu tiba, lingkaran dalam pelayanan mereka goyah dan Yudas salah satu murid-Nya mengkhianati-Nya dengan menjual-Nya kepada Imam-imam dengan harga 30 keping perak, harga tersebut adalah harga seorang budak dalam Perjanjian Lama. Dalam Kitab Keluaran 21:32 mengatakan: “Tetapi jika lembu itu menanduk seorang budak laki-laki atau perempuan, maka pemiliknya harus membayar tiga puluh syikal perak kepada tuan budak itu, dan lembu itu harus dilempari mati dengan batu.”

Petrus, dalam Injil Matius 16:15-16, ketika ditanya Yesus: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”. Pernyataan Petrus tidak sejalan dengan tindakannya ketika Yesus ditangkap untuk disalibkan, Iblis telah masuk lingkaran dalam pelayanan Yesus, menggoyahkan dan menyeret Yudas juga membuat Petrus beserta murid-murid yang lain melarikan diri meninggalkan-Nya.

Lingkaran dalam yang goyah dalam gereja atau pelayanan akan mengakibatkan hilangnya sikap persekutuan kita dengan Tuhan, dan menjadikan hubungan kita dengan Tuhan semakin jauh dan kering. Bahkan Yudas dalam peyesalan akhirnya dia bunuh diri. Tetapi Yesus dalam kebangkitan-Nya meneguhkan kembali pelayanan-Nya dan merestorasi kembali iman dan semangat murid-murid dalam pelayanannya. Termasuk kita yang mau untuk dipulihkan menjadi orang-orang yang cakap, penuh ilmu pengetahuan dan iman yang teguh untuk dipakai didalam bangsa dan negara, gereja, pelayanan dan masyarakat menjadi saksi untuk kemuliaan Tuhan.


Tidak ada komentar: