Telinga Iman

Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar…
Berkali-kali Yesus mengatakan itu. Delapan kali dalam Kitab-kitab Injil dan delapan kali dalam Kitab Wahyu, kita diingatkan bahwa tidak cukup hanya mempunyai telinga, kita harus menggunakannya.
Dalam salah satu perumpamaan, Yesus membandingkan telinga dengan tanah. Ia menceritakan tentang seorang petani yang menabur benih (lambang dari Firman) di empat jenis tanah (lambang dari telinga kita). Ada di antara telinga kita seperti jalan yang keras, tidak dapat menerima benih itu. Yang lain lagi mempunyai telinga seperti tanah berbatu, kita mendengar Firman tetapi tidak membiarkannya berakar.

Orang lain lagi mempunyai telinga yang mirip dengan sebidang tanah penuh rumput-rumputan, tanaman terlalu liar, terlalu berduri, terlalu banyak saingan bagi benih itu untuk bertumbuh dengan baik. Lain lagi mempunyai telinga yang mendengar, tanah yang dikerjakan dengan baik, memilih yang baik saja untuk ditanam dan siap untuk mendengarkan suara Tuhan.
Dalam ke empat kasus benih itu sama, penabur itu juga sama yang beda bukanlah pesannya atau yang membawa pesan, yang beda adalah pendengarnya.

Kalau perbandingan dalam cerita ini berarti sekali, maka tiga perempat dunia tidak mendengarkan suara Tuhan.
Mengapa? karena ada banyak hati yang keras, kehidupan yang dangkal atau pikiran yang gelisah, 75% dari kita tidak mendengar dan pesan itu hanya lewat begitu saja dari kita, bukan kita tidak punya telinga, hanya saja kita tidak mau menggunakannya. Kitab Suci selalu mengutamakan mendengarkan suara Tuhan.
Sesungguhnya perintah besar dari Allah melalui musa dimulai dengan kata-kata, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ulangan 6:4).

Nehemia dan orang-orangnya dipuji karena “Ezra membacakan hukum itu kepada mereka dan mereka semua mendengarkan dengan penuh pengertian” (Nehemia 8:3). “Bahagialah orang yang mendengarkan Aku” adalah janji dalam Amsal 8:14.
Yesus mendesak kita untuk belajar mendengar seperti domba. “Domba-domba mengenal suaranya…mereka mengikuti karena mengenal suara gembala itu, mereka tidak mengikuti suara orang yang tidak mereka kenal. Masing-masing dari ketujuh gereja dalam wahyu disapa dengan cara yang sama: “Barangsiapa dapat mendengar hendaklah memperhatikan apa yang dikatakan oleh Roh Allah kepada jemaat-jemaat”.

Pendengaran Pilatus bersifat selektif. Ia mengizinkan suara rakyat mendominasi suara hatinya dan suara tukang kayu itu. “Tetapi mereka terus berteriak….dan akhirnya teriakan mereka berhasil”(Lukas 23:23).
Akhirnya Pilatus menyendengkan telinganya kepada orang banyak dan menjauhi sang Kristus dan mengabaikan pesan Mesias. “Iman timbul dari pendengaran” (Roma 10:17), dan sekali pilatus tidak mendengarkan, maka ia tidak pernah mendapat iman. “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.”
Seberapa baikkah kita sudah mendengarkan suara Tuhan? ataukah kita sudah mendengarkan tapi tidakpernah tersimpan dalam hati kita?

Sacrifice

Gospel of Luke 4:1-13: "Jesus, full of the Holy Spirit, returned from Jordan and was led by the Spirit into the wilderness. There being forty days tempted of Satan. Over there he did not eat anything and after that time he was hungry.
Then the devil said unto him, If thou be the Son of God, command that these stones become bread. "
Jesus answered him: "It is written, Man shall not live by bread alone."

Then he took him to a high place and in a trice he showed Him all the kingdoms of the world. The devil said to him: "All that power and glory will I give thee, for all these things have been handed over to me and I give it to anyone who want to do. So if you worship me, all will be Yours. "But Jesus said to him:" It is written, Thou shalt worship the Lord thy God, and him only shalt thou serve! "

Then he brought him to Jerusalem and put him on the pinnacle of the temple, and said unto him, If thou be the Son of God, throw Yourself down from here, for it is written: About You, He will command His angels to protect you, and they will hold you in his hands, so your feet do not stumble on stones. "Jesus answered, saying:" There shall not tempt the Lord thy God! "

When the devil had ended every temptation, he departed from Him and waiting for a good time. Perhaps we imagine there were three separate incidents that spread within forty days in the wilderness, but in reality, the temptation was coming nonstop. When the full forty days used Satan to tempt Jesus, Satan did not want to let go of this golden opportunity every step Jesus is whispering back and every turn of his journey there is a sprinkling of doubt.

To be sure, Jesus Man experience inner struggle but that does not make He resigned, he never ceased to fulfill the Father's plan to save mankind. Hebrews 12:2 presents an interesting statement, 'Since we have many witnesses, like a cloud that surrounds us, let us lay aside every weight and sin which clings so closely, and run with patience the race that is set before us.

Let us do it with eyes that turned to Jesus, who leads us in faith, and who brought it to the perfection of our faith, which by ignoring diligently carried the cross dressing humiliation joy reserved for him who now sits on the right hand of the throne of God '.
Jesus does not care that dying on the cross it is a shameful thing.
The shame of it like a disgrace, an insult! Can we imagine the horror that we feel if anyone knows and played it again an embarrassing incident in a videotaped and watched by many people. That's what Jesus felt. Why? He never did anything embarrassing, but we are embarrassing.
And because the cross God made Him to be sin, 2 Corinthians 5:21 says: "He who knew no sin has made him become sin for us, so that in him we are justified by God."
Jesus was filled with shame. He was humiliated in front of his family. Stripped naked in front of the mother and in front of all humans. Forced to take up the cross to stumble because of the weight. Humiliated in front of his church. The pastors and elders of his day mocking him.
Humiliated in front of the city of Jerusalem, Condemned to death as criminals.

But a sense of shame in front of people is not worth the embarrassment in front of His Father. Shame we each feel is too much to bear, perhaps we are willing to die for a righteous man but can we willing to die for the guilty and a sin? Can we imagine the collective shame of the whole human race which is borne by one person? Wave after wave of shame overwritten to Jesus, though He never deceive He was sentenced as a cheater, even if he never stole, he is considered a thief, although he never lied, he considered a liar.

Although he was never anxious, he must bear the shame of people who commit adultery, though he always believed, he must bear the shame of people who do not believe.
How is it bravely bear the shame like that? What gave Jesus the strength to bear the embarrassment the whole world? All because He loves us! Like Jesus, we too experienced the trials, like Jesus we are also accused, like Jesus we too embarrassed, but not like Jesus we admit defeat, we escaped.

How can we have a heart like Jesus? What should we do? Focus!
Hebrews 12:2 says, "let us do it with eyes that turned to Jesus, who leads us in faith, and who brought it to the perfection of our faith, which by ignoring diligently carried the cross dressing humiliation joy reserved for him who now sits on the right hand of the throne of God. "

Pengorbanan


Injil Lukas 4:1-13: “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.
Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti."
Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja."

Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. Mungkin kita membayangkan ada tiga peristiwa terpisah yang tersebar dalam waktu empat puluh hari di padang gurun, tapi dalam kenyataannya, pencobaan itu datangnya nonstop. Waktu yang penuh empat puluh hari dipakai Iblis untuk menggoda Yesus, Iblis tidak mau melepaskan kesempatan emas ini setiap langkah Yesus ada bisikan mundur dan setiap belokan perjalanan-Nya ada taburan keraguan.

Yang pasti, Manusia Yesus mengalami pergumulan batin tapi itu tidak membuat Ia mundur, Ia tidak pernah berhenti untuk menggenapi rencana Bapa dalam menyelamatkan umat manusia. Ibrani 12:2 menyajikan pernyataan yang menarik sekali, ‘Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.

Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah’.
Yesus tidak peduli bahwa mati di kayu salib itu adalah suatu hal yang memalukan.
Rasa malu itu seperti arang di muka, suatu penghinaan! dapatkah kita membayangkan kengerian yang kita rasakan kalau ada yang tahu dan di putar lagi peristiwa yang memalukan itu dalam suatu rekaman video dan ditonton oleh banyak orang. Itulah yang dirasakan Yesus. Mengapa? Ia tidak pernah melakukan sesuatu yang memalukan, melainkan kita yang memalukannya.
Dan karena di kayu salib Allah membuat Dia menjadi dosa, 2 Korintus 5:21 mengatakan: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Yesus dipenuhi malu. Ia dipermalukan di depan keluarga-Nya. Ditelanjangi di depan ibu dan didepan semua manusia. Dipaksa memikul salib sampai tersandung karena beratnya. Dipermalukan di depan gereja-Nya. Para gembala dan penatua zaman-Nya mengejek Dia.
Dipermalukan didepan kota Yerusalem, Dihukum mati sebagai penjahat.

Tapi rasa malu didepan manusia tidak sebanding rasa malu dihadapan Bapa-Nya. Aib kita masing-masing terasa terlalu berat untuk ditanggung, mungkin kita rela mati untuk seorang yang benar tapi dapatkah kita rela mati untuk seorang yang bersalah dan berbuat dosa? Dapatkah kita membayangkan aib kolektif dari seluruh umat manusia yang ditanggung oleh satu orang? Gelombang demi gelombang rasa malu ditimpa kepada Yesus, sekalipun Ia tidak pernah menipu Ia divonis sebagai penipu, sekalipun Ia tidak pernah mencuri, Ia dianggap pencuri, meskipun Ia tidak pernah berbohong, Ia dianggap pembohong.
Meskipun Ia tidak pernah bernafsu, Ia harus menanggung malu orang yang berzinah, meskipun Ia selalu percaya, Ia harus mananggung malu orang yang tidak percaya.

Bagaimana Ia dapat dengan tabah menanggung malu seperti itu? Apa yang memberi Yesus kekuatan untuk menanggung malu seluruh dunia? Semua hanya karena Dia mengasihi kita! Seperti Yesus, kitapun mengalami pencobaan, seperti Yesus kita juga dituduh, seperti Yesus kita juga malu, tetapi tidak seperti Yesus kita mengaku kalah, kita melarikan diri.
Bagaimana kita dapat memiliki hati seperti Yesus? Apa yang harus kita lakukan? Fokus!

Ibrani 12:2 mengatakan; “marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah”.


Emergency Channel

Heaven has an emergency channel twenty-four hours, God wants us to ask for His help to overcome the challenges or trials that are before us, when the temptation to hit maybe we do not have time for lengthy conversations with God, we can only call upon Him with the unspoken complaint.

David, Daniel, Peter, Paul and millions of others ever raise these kinds of quick prayer for help in deep trouble.
The Bible guarantees that our cry for help will be listened to, because Jesus cares about our struggles. He faced the same temptations as we are, He understands our weaknesses, because He faced the same temptations we face, only he has not sinned.
If God kept waiting to help us overcome temptation, why not turn to him more often? honestly, sometimes we do not want to be helped, we sometimes want to give in to temptation even though we know it is wrong, then we think we know better what is best for us.

At other times we're embarrassed to ask God to help us, perhaps because we feel unworthy before God with a long list of sins that even in piles that never existed settlement with the Lord, therefore we continue to give in to the same temptation over and over again.

But our God, the God of his extraordinary generosity, his patience, he is always waiting for us to come back to Him. Word of God says: "Therefore let us with courage the throne of grace, that we may receive mercy and find grace to get our help in time." (Hebrews 4:16).

Love of God is eternal, and His patience remains forever. If we have cried out asking God's help two hundred times a day to overcome certain temptations, God will still be happy to give mercy and grace, so come with boldness. Ask him the power to do the right things and then believe and hope that He gave.
Trials will make us depend on God when we realize that He is our helper, as the roots grow stronger when wind blew a tree, so also when we face a growing temptation we are rooted in Him, then we will see miracles from the storm of temptation that we face we will stand firm to be more like Jesus.

Every temptation is our opportunity to do good, and God had never closed the channels of his emergency room on line one time twenty-four hours for us to access and there are voices that will say "blessed are those who endure temptation, because if he had test stand, he will receive the crown of life promised by God to those who love Him. "(James 1:12).

Saluran Gawat Darurat

“Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku.” (Mazmur 50:15).
Surga memiliki saluran gawat darurat dua puluh empat jam, Allah menginginkan kita meminta pertolongan-Nya untuk mengatasi tantangan-tantangan atau pencobaan yang ada dihadapan kita, ketika pencobaan menghantam mungkin kita tidak punya waktu untuk percakapan yang panjang dengan Allah, kita hanya dapat berseru kepada Dia dengan keluhan yang tak terucapkan.
Daud, Daniel, Petrus, Paulus dan jutaan orang lain pernah menaikan jenis doa yang cepat ini untuk meminta pertolongan di dalam kesulitan.

Alkitab menjamin bahwa seruan kita untuk meminta bantuan akan didengar, karena Yesus peduli pada pergumulan kita. Dia menghadapi pencobaan-pencobaan yang sama seperti kita, Dia memahami kelemahan-kelemahan kita, karena Dia menghadapi pencobaan yang sama dengan yang kita hadapi, hanya Dia tidak berbuat dosa.
Jika Allah terus menanti untuk menolong kita mengalahkan pencobaan, mengapa kita tidak berpaling kepada-Nya lebih sering? secara jujur, kadang kita tidak ingin ditolong, kita terkadang ingin menyerah kepada pencobaan sekalipun kita tahu itu salah, pada saat itu kita mengira kita lebih mengetahui apa yang terbaik bagi kita.

Pada saat-saat lain kita malu untuk meminta Allah menolong kita, mungkin karena kita merasa tidak layak di hadapan Tuhan dengan daftar dosa yang panjang bahkan bertumpuk-tumpuk yang tidak pernah ada penyelesaian dengan Tuhan, oleh karena itu kita tetap menyerah pada pencobaan yang sama berulang-ulang.
Tetapi Allah kita, Allah yang luar biasa kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, Dia senantiasa menunggu kita untuk datang kembali kepada-Nya. Firman Tuhan berkata: “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” (Ibrani 4:16).

Kasih Allah abadi, dan kesabaran-Nya tetap selamanya. Jika kita harus berseru meminta pertolongan Allah dua ratus kali sehari untuk mengalahkan pencobaan tertentu, Allah akan tetap dengan senang hati memberikan rahmat dan kasih karunia, jadi datanglah dengan berani. Mintalah kepada-Nya kuasa untuk melakukan hal yang benar dan kemudian percaya dan berharaplah bahwa Dia memberikannya.

Pencobaan-pencobaan membuat kita akan bergantung kepada Allah apabila kita menyadari bahwa Dia adalah penolong kita, sama seperti akar bertumbuh makin kuat ketika angin bertiup menerpa sebuah pohon, begitu juga ketika kita menghadapi sebuah pencobaan semakin kita berakar di dalam Dia, maka kita akan melihat mujizat dari badai pencobaan yang kita hadapi kita akan tetap berdiri kokoh menjadi lebih serupa dengan Yesus.

Setiap pencobaan merupakan kesempatan kita untuk berbuat baik, dan Allah tidak pernah menutup saluran gawat darurat-Nya yang on line satu kali dua puluh empat jam untuk kita akses dan disana ada suara yang akan berkata “berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yakobus 1:12).

Violence Vs Love

Then Jesus began to speak and taught them, saying,
"Blessed are the poor in spirit, because they were the owner of the kingdom of heaven.
Blessed are they that mourn, for they shall be comforted.
Blessed are the meek, for they shall inherit the earth.
Blessed are those who hunger and thirst for righteousness, for they shall be satisfied.
Blessed are the cheapest in heart: for they shall obtain mercy.
Blessed are the pure in heart: for they shall see God.
Blessed are the peacemakers, for they shall be called children of God.
Blessed are they who are persecuted because of righteousness, for they were the owner of the kingdom of heaven.
Blessed are you when you heckled and abused me and you on it all the evil slander.
Rejoice and be glad, for your reward is great in heaven: for so persecuted they the prophets which were before you. "(Matthew 5:2-12).

Happy ... happy ... happy and rejoice ... how we should practice what the preach on the Mount and at the same time supporting the use of military force?
Violence, rape, oppression, looting which we have felt almost make us participate bitterness trees flourish along with the time, so the gap between those who believe and do not trust deepened.
That's a reasonable question, for example, also disputes the border between our country and neighboring countries who would not want to make us as Christians who are involved directly as a means of defense or state only as an ordinary citizen who loves this country will certainly have a desire great to be able to defend or at least maintain this state.
But Jesus taught we should love our enemies, repay evil with goodness. Is this realistic in a world where crime is very often win?

When Jesus says of the Kingdom of God, He gave the standard radical who should run the citizens of the citizens are happy and rejoice in any circumstance, and this standard is almost no sense.
He knows how to live like that is difficult and complicated, but it will give the testimony the values of the Kingdom of God even in the midst of this evil world. Christ did not say the Christians who obey will be able to deliver the kingdom of God to earth, only Christ himself who will do that when He returns. But for the period between the two stages - the announcement of the kingdom of God and its final perfection - God gave the structure to prevent crime in this world.
State even allowed to take up the sword if necessary, and Christians are commanded to obey and respect the State authorities as instruments of God, in the Book of Romans 13:1-7, says:

"Everyone must submit himself to the governing authorities on it, because no government, which is not of God, and the governments that exist, established by God. So whoever against the government, she resisted the ordinance of God and who do, will bring punishment upon themselves. For if a do good, he do not fear the government, only if he do evil.
Would you like to live without fear of government? Do what is good and you shall receive praise from him. Because the government is the servant of God for your good. But if thou do evil, be afraid of him, because the government does not bear the sword in vain. Government is the servant of God to avenge God's wrath upon those who do evil.
Because it must needs be subject, not only for punishment but also because of conscience. That is also why you pay taxes. Because those who care about it are the servants of God.

Pay to everyone what should you pay: taxes to the person entitled to receive the taxes, duties to the person entitled to receive tax; fear to those who deserve fear and respect to people who deserve respect. "
So there are two important commands should be noted, namely: to live according to the teachings of Christ in the Sermon on the Mount, which gives examples of the values of the Kingdom of God which has not yet come in its fullness and at the same time supporting the role of government to maintain order as a witness to God's authority over the kingdoms of the world today.

So even though Christians should not repay evil with evil - instead he had to forgive, and to break the cycle of crime - he may participate in a structure that allowed God to prevent crime and disorder in the world using the power of government.
How many of us are already taking part in this? Or we never care about this? As long as we still feel safe in our place, maybe we never would think to break the cycle of crime that, until the crime is coming upon us.

Kekerasan Vs Kasih

Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:2-12).

Berbahagialah… berbahagialah… berbahagialah dan bersukacitalah… Bagaimana kita harus menjalankan apa yang di khotbahkan di atas Bukit dan sekaligus mendukung penggunaan kekuatan militer?
Kekerasan, pemerkosaan, penindasan, penjarahan yang kita telah rasakan hampir-hampir membuat pohon kepahitan kita ikut tumbuh subur bersama dengan waktu, sehingga kesenjangan antara orang yang percaya dan tidak percaya semakin dalam.
Itu suatu pertanyaan yang masuk akal, sebagai contoh juga perselisihan batas antara Negara kita dengan negara tetangga yang mau tidak mau membuat kita sebagai orang Kristen yang terlibat langsung sebagai alat pertahanan Negara ataupun hanya sebagai warga Negara biasa yang mencintai akan Negara ini sudah pasti mempunyai keinginan yang besar untuk setidaknya dapat membela atau mempertahankan Negara ini.

Tetapi Yesus mengajar kita harus mengasihi musuh-musuh kita, membalas kejahatan dengan kebaikan. Apakah ini realistis dalam dunia di mana kejahatan sangat sering menang? Ketika Yesus menyatakan tentang Kerajaan Allah, Ia memberikan standar radikal yang harus dijalankan warga-wargaNya yaitu berbahagialah dan bersukacitalah dalam keadaan apapun, dan standar ini hampir tidak masuk akal.
Ia tahu cara hidup seperti itu sulit dan rumit, tapi itu akan memberikan kesaksian nilai-nilai Kerajaan Allah bahkan di tengah kejahatan dunia ini. Kristus tidak mengatakan orang-orang Kristen yang taat akan bisa mengantarkan kerajaan Allah ke bumi, hanya Kristus sendiri yang akan melakukan itu ketika Ia kembali. Tapi untuk periode di antara kedua tahapan ini - pengumuman tentang Kerajaan Allah dan penyempurnaan finalnya - Allah memberikan struktur untuk menghambat kejahatan di dunia ini.

Negara bahkan di ijinkan untuk mengangkat pedang bila perlu, dan orang Kristen diperintahkan untuk taat pada Negara dan menghormati pihak berwenang sebagai alat-alat Allah, di dalam Kitab Roma 13:1-7, mengatakan:
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat.

Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah.
Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat”.

Jadi ada dua perintah penting yang harus kita perhatikan yaitu; hidup sesuai ajaran Kristus dalam Kotbah di Bukit, yaitu memberi contoh nilai-nilai dalam Kerajaan Allah yang belum tiba dalam kepenuhannya dan pada saat yang sama mendukung peran pemerintah untuk mempertahankan ketertiban sebagai saksi otoritas Allah atas kerajaan-kerajaan dunia saat ini.
Jadi walaupun orang Kristen tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan - sebagai gantinya ia harus memaafkan, dan untuk memutuskan lingkaran kejahatan - ia boleh berpartisipasi dalam struktur yang diijinkan Allah untuk menghambat kejahatan dan kekacauan di dunia ini dengan menggunakan kekuatan pemerintah.
Seberapa banyak dari kita yang sudah mengambil bagian dalam hal ini? Ataukah kita tak pernah peduli akan hal ini? Selama kita masih merasa aman di tempat kita, mungkin kita tidak pernah akan berpikir untuk memutuskan lingkaran kejahatan itu, sampai kejahatan itu datang menimpa kita.

Baskom Kasih Karunia....

Yerusalem ketika hari raya Paskah penuh sesak dengan pengunjung, murid-murid masuk satu demi satu masing-masing mengambil tempat di sekitar meja. Di dinding tergantung sebuah handuk dan di lantai ada kendi dan baskom. Siapa saja di antara para murid dapat menawarkan diri untuk melakukan tugas itu, tetapi tidak ada yang berdiri.

Beberapa menit kemudian, Yesus berdiri dan menanggalkan jubahNya. Dia melingkari handuk itu di pinggang-Nya sebagaimana lazim dibuat seorang pelayan, mengambil baskom dan berlutut di depan salah satu murid-Nya. Ia membuka tali-tali salah satu sandal dan pelan-pelan mengangkat kaki itu dan meletakkannya di dalam baskom, menyiraminya dengan air dan membasuhnya. Satu persatu, satu kaki berdebu dibasuh Yesus, Ia bekerja mengikuti deretan murid-Nya di meja.
Di zaman Yesus mencuci kaki merupakan tugas yang di sediakan untuk pelayan yang paling rendah. Setiap kelompok mempunyai susunan kekuasaannya sendiri dan lingkungan pekerja rumah tangga tidak terkecuali dan pelayan di anak tangga paling bawah di anggap paling cocok untuk berlutut dengan handuk dan baskom.

Dalam kasus ini yang memegang handuk dan baskom adalah Raja alam semesta. Tangan-tangan yang membentuk bintang-bintang sekarang mencuci kotoran. Jari-jari yang membentuk gunung-gunung sekarang memijiti jari-jari kaki. Dan Dia kepada siapa semua bangsa kelak akan bertelut sekarang bertelut di depan murid-murid-nya. Yesus tahu apa yang akan terjadi terhadap tangan-tangan-Nya pada penyaliban.
Dalam dua puluh empat jam tangan-tangan itu akan tertembus paku dan mati, Yesus tentu tahu masa depan kaki-kaki yang di basuh ini. Dua puluh empat kaki ini tidak akan melewatkan hari esok mengikuti jejak guru mereka, membela maksud tujuan Yesus. Kita tidak akan mendapatkan di dalam Alkitab yang memberitakan “Yesus membasuh semua kaki kecuali kaki yudas”. Saatnya pasti mengharukan sekali bagi Yesus ketika Ia mengangkat kaki pengkhianat-Nya dan membasuh dalam baskom…dalam beberapa jam saja kaki yudas, di bersihkan oleh kemurahan Dia yang akan dikhianatinya, dan akan berdiri di halaman Kayafas.

Berapa dari kaki kita yang sudah di basuh oleh Yesus dalam pelayanan-Nya? kita sering mengalami masalah-masalah yang serius, ekonomi yang sulit, sakit yang berkepanjangan seakan-akan tiada lagi harapan, keluarga yang hancur berantakan dan masih banyak lagi tantangan yang mulai membuat kita ragu akan kemampuan Dia, dan kita mulai menghitung-hitung berapa besar kemampuan kita untuk merubah jalan ini, merubah hidup ini, bahkan merubah dunia ini, tak segan-segan harga diri, iman, percaya, ketaatan hanya di jual dengan beberapa keping uang perak yang tidak dapat dibawa mati.
Pernahkah kita menyadari bahwa Dia masih tetap membersihkan kita?

Kita sedang di bersihkan dari setiap dosa oleh darah Yesus, Penyelamat kita berlutut dan memandang tindakan-tindakan kita yang paling keji dalam hidup kita, Ia menjangkau kita penuh belas kasihan dan mengatakan, “Saya dapat membersihkanmu asal engkau mau” dan dari baskom kasih karunia-Nya Dia menyendok rahmat-Nya dengan tangan-Nya dan membasuh dosa kita.