Malam terburuk dari Yesus ditandai krisis demi krisis, mula-mula Ia melihat doa yang tidak terkabul. Yesus baru saja mengajukan permohonan amat sedih kepada Allah. “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” (Matius 26:39).
Saat itu bukan berdoa dalam suasana tenang dan hening, menurut Matius, Yesus “merasa sedih dan gelisah” (Matius 26:37), sang Guru “tersungkur ke tanah” dan berseru kepada Tuhan. Lukas mengisahkan bahwa Yesus “sangat menderita” dan “Keringatnya seperti darah menetes ketanah” (Matius 22:44). Doa Yesus tidak dijawab, apakah Allah yang memiliki ternak di seribu bukit, akan menolak memberikan sesuatu kepada anak-Nya sendiri? itulah yang terjadi malam itu.
Yesus harus menghadapi masalah doa yang tidak dikabulkan dan itu baru pemulaan dari pergumulan yang akan dihadapi nanti yang kemudian “bersama sama dengan Yudas, datang juga banyak orang yang membawa pedang dan pentungan.
Mereka disuruh oleh imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin Yahudi…kemudian orang banyak itu maju dan menangkap Yesus” (Matius 25:47, 52). Yudas datang dengan massa yang marah, massa ini membawa krisis lain lagi. Yesus tidak saja harus menghadapi doa yang tidak terkabul, tetapi ia juga harus menghadapi pelayanan yang tidak membawa hasil. Justru orang yang Ia datang selamatkan sekarang datang menangkap Dia.
Mungkin dalam bayangan kita Yudas memimpin selusin tentara atau lebih sedikit dan mereka membawa satu dua lentera, namun Matius mengatakan bahwa “banyak orang” datang menangkap Yesus. Yohanes bahkan lebih spesifik lagi, istilah yang dipakainya adalah kata Yunani speira atau “sepasukan tentara” (Yohanes 18:3). Sedikitnya speira menggambarkan pasukan dua ratus tentara. Kata ini dapat juga menggambarkan satu detasemen sebesar seribu sembilan ratus tentara.
Gambaran Yohanes tentang speira akan lebih tepat kalau membayangkan semacam arus manusia berupa beberapa ratus tentara yang masuk ke taman itu, di tambah jumlah penonton-penonton atau masyarakat tak terhitung jumlahnya, yang oleh matius hanya disebut “orang banyak” maka kita dapat gambarkan adalah segerombolan orang banyak yang datang masuk ke taman itu.
Dari segerombolan orang banyak itu tak ada satu pun yang mau membela Yesus, Ia sudah begitu banyak menolong orang dalam perkara-perkara yang ajaib yang Ia lakukan, tapi siapa yang berani menyatakan bahwa Dia tidak bersalah, tak ada satu pun! mungkin gerombolan orang banyak itu tidak tahu untuk berbuat lebih dari sekedar menonton karena kontak mereka dengan Yesus begitu singkat tetapi bagaimana dengan para murid? mereka bahkan tahu lebih banyak tentang Yesus.
Obat paling pahit yang harus ditelan Yesus ialah “Pengkhianatan yang hampir-hampir tak dapat dipercaya dari murid-muridNya” jadi Yudas bukan satu-satunya pengkhianat, Matius mengaku: “Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi. Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri”. (Matius 26:56). Padahal apa yang dikatakan Petrus sebelumnya: “Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau.” (Matius 26:35).
Semua berjanji akan setia, namun demikian semua melarikan diri, yang kita lihat adalah pengkhianatan. Pengikut-pengikutNya telah meninggalkan Dia, orang banyak telah menolak Dia dan Allah tidak mendengar Dia maka kita dapat membayangkan apa yang harus dihadapi Yesus malam itu.
Dari sudut pandang manusia, dunia Yesus ambruk. Tidak ada jawaban dari Sorga, tidak ada bantuan dari orang, tidak ada kesetiaan dari teman-temanNya. Yesus setinggi leher dari sampah begitu kita bisa gambarkan keadaanNya tapi apa yang dilihat Yesus berbeda! bukan Ia tidak sadar akan sampah itu, tetapi Ia melihat hal yang lain yang lebih besar dari sekedar sampah yang membungkus tubuhNya.
Sadar atau tidak kita sedang hidup di dunia sampah, sampah yang tidak diinginkan masuk ke dalam hidup kita secara teratur. Kita mempunyai doa-doa yang tak dijawab, ada impian yang tidak berbuah juga pengkhianatan-pengkhianatan yang sulit dipercaya dan mungkin kita pernah diserahi sekantong penuh sampah kecelakaan-kecelakaan dan sakit hati, apakah yang akan kita perbuat dengan semua itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar