Berbagai seminar mengenai wanita karier telah diadakan, namun hingga saat ini belum satu pun yang mampu menjawab pergumulan para wanita secara tuntas. Mereka tetap bermasalah, “Karier atau Dapur” khususnya di Indonesia.
Munculnya wanita-wanita di posisi puncak, memang membuat kaum pria kagum sekaligus was-was, sehingga tidak heran bila sekelompok pria mencari-cari titik rawan mereka. Wanita dianggap kurang praktis cara berpikirnya, emosional, rentan, mudah terpengaruh keadaan, dan lain-lain.
Tetapi bagaimanapun seorang wanita dengan peran ganda, karier sekaligus dapur memiliki kecenderungan terlibat lebih banyak masalah dibandingkan mereka yang belum/tidak berumah tangga, hal-hal seperti kesehatan anak, tinggal serumah dengan mertua, suami sering bertugas keluar kota dan masih banyak lagi permasalahan yang dihadapi dan semua itu dapat menjadi sebab stres yang berat.
Hal-hal ini sedikit banyak mempengaruhi pemikiran atau sikap di tempat kerjanya, sekalipun ia termasuk wanita “Besi” yang tak acuh lingkungan rumah tangga. Mazmur 128:3 menyebut wanita bersuami sebagai “Buah Anggur” yang manis (tutur kata dan hatinya), dan yang dahannya tidak cukup kokoh untuk membangun fondasi bangunan. Jelas bahwa istri tidak wajib bahkan tidak dianjurkan menjadi tulang punggung keluarga (yang harus bekerja mati-matian mencari nafkah dari pagi hingga malam hari) sementara suami dan anak-anak terabaikan.
Di bagian lain, 1 Petrus 3:1-7 memaparkan bahwa istri diwajibkan untuk menggali keindahan batiniahnya, menyerahkan harapan sepenuhnya kepada Allah dan mengasihi serta tunduk kepada otoritas suami sebagai wakil Allah di Bumi dan suami wajib tunduk pada Kristus tentunya.
Walaupun begitu, Amsal 31:10-31 dengan jelas menggambarkan istri yang ideal, mengatur rumah tangganya sekaligus bekerja dengan rajin. Ia tahu persis kapan suami dan keluarganya membutuhkan kehadirannya. Begitu pula, ia tahu kapan harus keluar rumah dan bekerja. Ia bukan hanya pandai membagi waktu, tetapi terlebih lagi ia mahir menyokong suaminya. Ia tunduk kepada suaminya, tetapi juga tidak malas memikirkan masa depan keluarganya. Sungguh luar biasa, suami dan anak-anaknya memuji dan menyebutnya berbahagia!
Wanita memiliki tanggung jawab yang sangat berat, tapi sebenarnya hanya satu panggilannya, yaitu melayani. Ditangannya, porsi pilihan itu harus diambil..kapan ia memutuskan untuk lebih banyak melayani di dalam rumah tangganya, dan kapan ia harus berada di luar rumahnya. Masing-masing memiliki dasar pertimbangan sesuai dengan kondisi keluarga, usia anak-anak, kebutuhan masyarakat sekitar, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, dan yang terpenting panggilan Tuhan.
Ada satu bagian dalam Alkitab yang menceritakan keperkasaan seorang wanita dalam hal menyelamatkan sebuah bangsa, dialah Ratu Ester. Ia mengambil peranan maha penting untuk menolong rakyatnya, satu bidang pelayanan yang besar sekali. Pertimbangannya harus matang benar karena salah langkah sedikit, dapat mengorbankan rumah tangganya. Tetapi kita tahu bagaimana Allah akhirnya memakai Ester untuk melayani dan menyelamatkan bangsa Yahudi, sekaligus Allah juga memperkokoh rumah tangganya!
Bagaimana dengan anda sebagai seorang istri yang memiliki suami dan ibu dari anak-anak? “Sukses wanita tidak ditentukan oleh tempat maupun jenis pekerjaannya, tetapi oleh kesungguhannya di dalam mengatur pekerjaan dan rumah tangganya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar